Semua
orang tua merasakan betapa nikmatnya membesarkan buah hati. Kita tidak
bisa membayangkan kegiatan lain yang lebih menantang dan berharga
(sekaligus membuat frustasi) dibandingkan dengan mengasuh anak. Ini
mungkin merupakan peran yang paling berarti yang pernah kita jalankan.
Mulai dari tantangan sehari-hari seperti meminta anak menyikat gigi,
mengatakan "tolong", mengucapkan "terima kasih", atau membereskan tempat
tidur, sampai masalah yang mengkhawatirkan seperti mabuk, seks, atau eating disorder. Membesarkan anak tidak pernah mudah.
Dalam polling terbaru, 76% responden merasa, mengasuh anak jauh lebih sulit bagi orang tua sekarang dibandingkan orang tua pada generasi yang lalu. Kebanyakan orang merasa para ibu melakukan pekerjaannya dengan cara yang jauh lebih buruk dibandingkan yang dilakukan ibu mereka sendiri 30 tahun yang lalu. Bahkan situasi kadang menjadi lebih parah: banyak orang tua mengakui bahwa mereka tidak lagi menikmati saat-saat ketika mereka bersama dengan anak-anak mereka! Dalam sebuah survey, 96% ibu mengaku merasa stres, 73% merasa bahwa menjadi ibu di jaman dahulu pasti lebih mudah, dan 67% merasa bahwa para ibu 30 tahun yang lalu lebih bahagia daripada para ibu sekarang.
Kebanyakan
orang tua menyadari bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh menjadi seperti
yang mereka impikan. Inilah alasan terbesar mengapa banyak orang tua
yang merasa stres dan tidak menyukai kehidupan keluarga mereka. Untuk
sejenak, marilah kita mencoba introspeksi diri. Apa yang menyebabkan
rusaknya kesehatan mental, perilaku, dan karakter anak-anak kita, serta
meningkatnya kadar stres kita sendiri, kurangnya keyakinan akan
kemampuan mengasuh anak, dan ketidakbahagiaan dalam menjalani peran kita
sebagai orang tua?
Masing-masing
orang tua membesarkan anak-anak mereka dengan pendekatan yang
berbeda-beda. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sejumlah pendekatan
mendidik anak yang diterapkan sekarang justru meracuni pendekatan
mendidik anak yang efektif.
Apakah
Anda mendidik anak Anda dengan menggunakan salah satu gaya di bawah
ini? Jika ya, maka sebelum Anda mengubah anak, Anda harus mengubah
respons Anda terhadap anak terlebih dahulu. Mungkin cara mendidik anak
Anda yang perlu diubah terlebih dahulu.
Gaya 1: HELICOPTER PARENTING (Cara Mendidik Anak dengan Pengawasan Menyeluruh)
Orang
tua menunggui anak-anak mereka, menyelesaikan PR anak-anak mereka,
memastikan anak-anak mereka mendapatkan keuntungan,dan bergegas untuk
menghilangkan hambatan dalam hidup anak-anak mereka. Mereka terlalu
banyak mencurahkan energi untuk pengasuhan: tidak ada yang dapat
menggantikan keberhasilan anak-anak mereka. Orang tua "helikopter" akan
langsung turun tangan untuk menyelamatkan dan memecahkan setiap masalah.
Namun
semua keterlibatan itu dapat menjadi bumerang. Gaya ini dapat
menjadikan anak-anak sangat bergantung sampai dewasa, membuat mereka
tidak siap menangani naik-turunnya kehidupan yang sudah pasti akan
mereka alami. Jika Anda selalu menyelamatkan atau menangani hal-hal
sepele, anak Anda akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan
keterampilan hidup yang penting, seperti: mengembangkan rasa percaya
diri, mengambil keputusan, memecahkan masalah, dsb.
Belajarlah
untuk terlibat, namun tidak mengacaukan kehidupan anak sehingga dia
dapat mengembangkan rasa kemandirian yang sehat dan dapat memecahkan
masalahnya sendiri tanpa ketergantungan pada Anda kelak.
Gaya 2: INCUBATOR PARENTING (Cara Mendidik Anak dengan Pemaksaan)
Memaksa anak Anda belajar lebih dini dari yang sesuai bagi tingkat perkembangan kognitif usia mereka.
Pengasuhan dengan pemaksaan dimulai sejak dini: memperdengarkan musik klasik sejak anak masih bayi, memberikan pelajaran biola kepada anak batita, dan mendaftarkan anak TK ke kelas catur. Orang tua ini akan terus memaksakan segala hal sehingga anak-anak mereka akan meraih berbagai keberhasilan.
Bagian dari pemaksaan ini adalah standar "suskses" sekarang yang ditentukan oleh jumlah portofolio dan sekarang tidak ada anak yang tidak diuji. Mulai dari ujian pendaftaran masuk prasekolah, ujian akhir nasional hingga SNMPTN, semua itu membuat kita khawatir bahwa anak-anak kita tidak cukup baik dan dapat lulus dari semua ujian itu. Jadi tidak ada waktu bermain. Pengasuhan kita jadi terpaku pada bimbingan-bimbingan belajar, kursus-kursus keterampilan, bahasa asing, atau mungkin bocoran kunci jawaban ujian akhir nasional.
Namun sekarang kita lihat hasil dari gaya pengasuhan ini tidaklah indah. Stres, cemas, dan perfeksionisme anak tidak pernah setinggi ini sebelumnya. Tingkat kejujuran mereka belum pernah serendah sekarang. Anak menyontek sekarang sudah menjadi epidemi, semua itu karena kita memaksakan karakter dan perkembangan yang tidak sesuai dalam formula mendidik anak.
Belajarlah menghargai bakat dan kemampuan anak Anda, dan sesuaikan pengasuhan Anda dengan tahap perkembangan anak Anda.
Gaya 3 : QUICK FIX PARENTING (Cara Mendidik Anak dengan Perbaikan Sesaat)
Cara mendidik anak seperti ini mengandalkan solusi yang cepat untuk memperbaiki keadaan sementara waktu, bukan untuk perubahan yang nyata dan bertahan lama. Kita akan melakukan apa saja agar anak bertindak benar, sepanjang itu berhasil saat ini. Cara ini hanya mengajarkan anak bertindak benar berdasarkan peringatan, hukuman, atau hadiah. Cara mendidik anak seperti ini hampir tidak pernah menciptakan perubahan yang bertahan lama. Itulah sebabnya banyak anak-anak kita yang kembali pada perilaku buruk mereka dan akhirnya kita sebagai orang tua merasa kelelahan dan putus asa.
Disiplin yang baik dan efektif selalu bersifat instruktif dan membantu anak belajar memperbaiki kesalahan. Anak-anak perlu belajar memahami apa yang salah dan bagaimana melakukan yang benar.
Gaya 4 : BUDDY PARENTING (Cara Mendidik Anak dengan Menjadi Sahabat)
Hampir semua orang tua ingin menjadi teman terbaik anak mereka, dan sebagai teman terbaik, terkadang orang tua tidak bisa mengatakan tidak. Kita tidak ingin mengambil gagasan yang tidak populer, kita tidak ingin mengecewakan anak, karena kita tidak ingin mereka benci pada kita.
Tentu saja kita ingin anak-anak menyukai kita. Namun sekarang mereka membutuhkan orang tua yang bisa menetapkan peraturan dan batas-batas yang tegas serta tidak mengacaukan antara menjadi seorang teman dengan menjadi sosok orang tua yang dewasa. Dan faktanya, ketidakmampuan kita untuk mengecewakan anak tidak membantu mereka tumbuh menjadi orang yang bertanggung jawab, patuh, dan penuh perhatian. Sebaliknya, sikap ini pada saatnya nanti justru menciptakan orang dewasa yang manja dan bertingkah menyebalkan.
Orang tua harus belajar menetapkan batas yang jelas dan tegas, memegang kendali dan menyadari bahwa yang dibutuhkan anak adalah orang tua, bukan sekedar teman yang tak pernah mengecewakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar