Semua anak pasti pernah bertengkar. Tetapi ada beberapa gejala anak yang terus bertengkar sehingga menjadi masalah dalam kehidupannya sehari-hari:
- Selalu meminta Anda menyelesaikan masalah.
- Menggunakan kekerasan untuk memaksakan pendapatnya (menggigit, menendang, berkelahi,dsb.)
- Hanya ingin didengar dari pihaknya sendiri.
- Berteriak untuk mengutarakan pendapatnya.
- Merendahkan pendapat orang lain.
- Sering marah ketika menyuarakan pendapatnya.
- Tidak mau mengerti sudut pandang orang lain.
- Terlalu mudah tersinggung.
- Merasa perlu membalas jika kebutuhannya tidak terpenuhi.
- Menyalahkan orang lain atas suatu masalah.
- Tidak dapat mengidentifikasi atau menjelaskan masalah atau sumber permasalahan.
- Tidak dapat memikirkan solusi atau alternatif lainnya.
Sebelum Anda memikirkan solusi untuk mengatasi anak Anda yang suka bertengkar, cobalah gali lebih dalam untuk menemukan penyebabnya. Hal-hal seperti apakah yang benar-benar memicu pertengkaran? Apakah ini merupakan perilaku baru bagi anak Anda? Jika iya, apakah ada perubahan besar dalam hidup anak akhir-akhir ini? Apakah anak Anda bertengkar dengan semua orang atau hanya teman tertentu atau anggota keluarga tertentu? Beberapa penyebab umum mengapa anak Anda suka bertengkar adalah:
- Kurangnya keterampilan menyelesaikan konflik atau kemampuan menyelesaikan masalah.
- Cemburu atau jengkel terhadap seseorang yang kemudian terlibat pertengkaran dengannya.
- Mendapatkan perlakuan yang tidak adil (dimanfaatkan, selalu diremehkan).
- Meniru apa yang dilihat dan didengarnya (misalnya, semua orang di lingkungannya memang cenderung suka bertengkar).
- Egois atau materialistis (selalu menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain).
- Mudah marah, mudah frustasi, stres.
- Terlalu sensitif dan mudah tergoda cara yang salah.
- Terlalu kompetitif, takut kalah, atau perfeksionis. Pertengkaran biasanya terjadi ketika anak sedang berada dalam sebuah persaingan.
- Suka memerintah. Ingin menguasai, atau memonopoli perhatian.
- Biarkan anak melihat sendiri cara bertengkar yang benar. Penting bagi anak-anak untuk melihat dua orang yang berbeda pendapat, dan dapat bertengkar secara halus, dengan tenang, saling menghargai, dan menahan diri. Jadi tingkatkan kemampuan Anda sebagai orang tua untuk menyelesaikan konflik Anda sendiri, dan temukan momen yang tepat untuk menunjukkan pada anak cara yang anggun untuk menyelesaikan konflik.
- Buat aturan di rumah Anda, “tidak ada teriakan di rumah ini.” Jika pertengkaran di rumah Anda sering memanas dan berubah menjadi ajang berteriak yang melampaui batas, cobalah untuk membuat kesepakatan dalam keluarga Anda, “Tidak ada teriakan di rumah ini.” Tulis kesepakatan itu di selembar kertas, jika perlu ditandatangani oleh seluruh anggota keluarga, lalu tempelkan sebagai pengingat. Hormati janji itu! Suatu ketika, jika terjadi pertengkaran di rumah Anda dan suara-suara semakin meninggi, anggota keluarga lain dapat memberikan tanda untuk memperingatkan.
- Dengarkan anak Anda. Salah satu alasan terbesar anak-anak menjadi suka mendebat dan bertengkar adalah mereka ingin perasaan dan kebutuhannya didengar, tetapi tidak seorangpun yang mau mendengarkan. Anak membutuhkan pengalaman menyampaikan kebutuhannya dengan sikap yang tenang. Untuk melakukan itu, dia membutuhkan contoh nyata dari anggota keluarga Anda. Temukan cara bagi keluarga Anda untuk menyelesaikan pendapat dengan damai, dan menyampaikan kebutuhan dengan sikap yang tenang.
- Gantilah “kamu” menjadi “saya”. Komentar yang menghina dan memicu pertengkaran biasanya diawali dengan kata “kamu”. “Kamu tidak pernah mendengarkan… kamu bodoh sekali…” Cara yang cepat untuk membantu anak belajar menyampaikan kebutuhannya tanpa menjatuhkan orang lain adalah mengganti “kamu” menjadi “saya”, lalu sampaikan perilaku yang tidak disukainya itu. Ingat, fokuskan pada perilakunya, bukan orangnya, sehingga tidak membuat tersinggung lawan bicaranya. Misalnya, “Saya benar-benar kesal kamu mengambil barang-barang saya tanpa ijin.” “Saya tidak suka ditendang. Sakit.” Tekankan pada anak bahwa tindakannya yang menjadi masalah, bukan orangnya.
- Ajarkan anak untuk melihat dari sisi lain. Anak-anak sering terpaku pada sudut pandangnya sendiri sehingga tidak mampu melihat dari sudut pandang orang lain. Bimbinglah anak untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain. “Bagaimana perasaan kakakmu?” “Lihatlah apa yang kaulakukan padanya. Apakah itu adil untuknya?”
- Ajarkan untuk berhenti sejenak. Sebuah jeda selama beberapa detik pun sebenarnya cukup untuk menghentikan sebuah pertengkaran besar. Bantulah anak untuk mundur sejenak dari ajang pertengkaran yang siap meledak.
nice post
BalasHapusKaos Keluarga Muslim
terima kasih atas ilmunya. Sangat bermanfaat...
BalasHapusNice
BalasHapus